Bandung – Kesejahteraan di Asia dalam Studi Kasus Pengasuhan Anak menjadi tema menarik yang disampaikan oleh Assoc. Prof. Hasan Tekgüç dari Kadir Has University Dept. of Economics, Turki. Materi tersebut disampaikan pada sesi ke-13 program “Stiepar-Eurasia International Short Course” (SEISC) 2022 yang diselenggarakan oleh STIEPAR YAPARI bekerja sama dengan Eurasia Japan Foundation. Jumat (29/03/2022).
Beragam tema menarik lainnya sudah disampaikan oleh narasumber lain dari berbagai negara pada sesi sebelumnya, seperti narasumber dari Jepang, Filipina, Malaysia, Korea Selatan, dan Indonesia. Tema yang disampaikan berkaitan erat dengan isu-isu global pada tingkat Asia.
Dalam sambutan pembuka yang disampaikan oleh Ketua STIEPAR YAPARI, Prof. Dr. Enok Maryani, M.S., dikatakan bahwa adanya program ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan dan keilmuan bagi seluruh peserta SEISC 2022, baik dosen maupun mahasiswa. Oleh sebab itu Enok mengajak para peserta menyimak semua materi yang disampaikan dengan sungguh-sungguh agar ilmu yang didapatkan bisa diterapkan.
Baca juga:
Kiai Ihsan Jampes dan Kisah Ilmu Ladunni
|
Narasumber sesi ke-13 program SEISC Prof. Hasan Tekgüç yang sedang menyampaikan materinya dengan dipandu moderator Zia Kemala, S.S., M.Pd. (Dosen STIEPAR YAPARI) - Sumber: Humas STIEPAR YAPARI
Senada dengan Enok, Ketua pelaksana SEISC 2022, Nova Riana, Dra., M.Si., CHE mengingatkan kepada seluruh peserta untuk terus menyimak dan berpikir kritis serta berdiskusi dengan para narasumber yang hadir. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah kesempatan yang baik, tidak hanya meningkatkan wawasan, tetapi juga melatih kemampuan berkomunikasi.
Sementara itu dalam paparannya, Prof. Hasan mengatakan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, diperlukannya peran wanita yang bekerja, “Dengan demikian dibutuhkan pengasuh anak. Pengasuhan anak ini hanya dapat dilakukan jika mereka memiliki penghasilan yang lebih.”
Prof. Hasan berpendapat, jika penghasilan kurang maka para wanita pekerja tidak mampu membayar pengasuh anak sehingga mereka menurunkan produktivitasnya.
Para peserta acara sesi ke-13 program “Stiepar-Eurasia International Short Course” (SEISC) 2022 yang dilakukan secara daring pada Jumat (29/03/2022) - Sumber: Humas STIEPAR YAPARI
“Bahkan, mereka akan meninggalkan pekerjaannya karena mengingat bahwa anak perlu pengasuhan. Tentu biaya untuk membesarkan anak sangatlah mahal, ” ungkap Kadir Has University Dept. of Economics, Turki tersebut dengan semangat.
Menurut Prof. Hasan, kondisi tersebut membuat wanita berpikir secara bijak untuk memiliki anak. Terlebih negara-negara di Asia Timur dan Selatan hanya menganggarkan dana belanja yang relatif sedikit untuk kesejahteraan, seperti untuk biaya kesehatan, layanan sosial, dan bantuan sosial.
Lebih lanjut Prof. Hasan mengungkapkan tentang adanya penurunan natalitas di dunia yang disebabkan oleh meningkatnya tingkat wanita berpendidikan, meningkatnya urbanisasi, dan menurunnya tingkat kematian anak sehingga di dunia modern seperti saat ini biasanya setiap pasangan hanya memiliki dua anak saja. Beberapa negara di Eropa berusaha untuk mengelola penurunan tingkat natalitas ini tanpa mengorbankan pendidikan, urbanisasi ataupun penurunan tingkat kematian anak.
“Salah satu solusinya adalah menyediakan pra-sekolah dan TK umum, serta memberikan pemahaman bahwa membesarkan anak adalah tanggung jawab ayah dan ibunya, bukan hanya ibunya saja. Di Turki sendiri, pemerintah memiliki solusi 150 kamar anak untuk 150 lingkungan, ” pungkas Prof. Hasan menutup pemaparannya.
Kegiatan yang berlangsung sekitar 90 menit ini dipandu apik oleh Dosen STIEPAR YAPARI, Zia Kemala, S.S., M.Pd. Kegiatan diskusi antara peserta dan narasumber pun berlangsung secara interaktif.
Usai acara, Ketua STIEPAR menyerahkan e-sertificate kepada narsumber dan moderator sebagai bentuk apresiasi kepada mereka. (JH).
***
Editor: JHK